Rabu, 11 Agustus 2010




JANGAN BICARA SOAL KIAMAT !
Oleh : Ahmad Suyudi



Heboh Filem berjudul singkat “2012” menimbulkan banyak pembicaraan, terutama seputar tentang kiamat. Bahkan jauh-jauh hari sejak sebelum filem ini rampung diproduksi masyarakat sudah antusias menantikan peluncurannya, berharap bisa menyaksikan filem tentang peristiwa kiamat yang dahsyat dan mengerikan. Kini sejak 13 Nopember lalu filem tersebut sudah dapat dinikmati di gedung bioskop di Indonesia. Maka saksikanlah, biarkan diri Anda mengetahui apa sebenarnya yang hendak divisualisasikan oleh sutradara Roland Emmerich  yang juga pernah menggarap filem sejenis : The Day After Tomorrow  (2004 ) dan Independence Day (1996) ini.


“2012” bukan Kiamat
Sepanjang durasi hampir 158 menit, filem “2012” sebenarnya hanya berisi sebuah short story (cerpen) yang terinspirasi oleh putusnya kesinambungan kalender penanggalan suku bangsa Maya kuno, yang diperkirakan kebetulan hampir bertepatan dengan tanggal 12 Desember 2012. Pada hari itulah suatu peristiwa dahsyat sebuah armagedon yang mengerikan terjadi. Sebagian besar permukaan bumi hancur lebur, luluhlantak yang diakibatkan oleh meletusnya gunung-gunung berapi dan terjadinya proses patahan besar di dasar bumi. Kulit bumi menggelombang dan melipat, terbelah, pecah, mengiringi getaran hebat gempa yang luar biasa mengguncang dan menghancurkan gedung-gedung pencakar langit di California dan Los Angles, patung Kristus Sang Penebus Dosa yang terpancang kokoh di Rio Jeneiro, hancur berkeping-keping oleh badai dahsyat, bahkan Kapal Induk Raksasa USS John F. Kennedy milik Amerika Serikat tak mampu menahan hebatnya gelombang samudra dan terlempar ke daratan menimpa Gedung Putih, ribuan umat Katholik yang sedang berdoa di St. Peter’s Basilica Roma tewas bersama hancurnya gereja tersebut. Semua yang hancur lebur kemudian diterjang pula oleh gelombang Tsunami maha dahsyat. Kadahsyatan gelombang Tsunami itu digambarkan tidak hanya menggulung kota-kota besar modern di dunia melainkan juga menerobos jauh ribuan mil ke gunung-gunung dan lembah hingga Pegunungan Himalaya pun menjadi lautan air.  
Benarkah kiamat seperti itu? Mari kita hentikan bicara tentang kiamat kalau hanya sekadar mendasarkannya kepada prediksi “2012” dan bereferensi kepada ramalan terputusnya kalender penanggalan suku bangsa Maya itu, apalagi hanya setelah menyaksikan filem “2012”. 


Kiamat oleh ajaran Islam dipahami sebagai kemutlakan yang harus terjadi, namun hanya Allah Ta’ala yang menyimpan skenarionya. Al-Qur’an menyebutkan dalam banyak ayat mengenai kiamat, seperti apa peristiwanya di mana alam semesta diselubungi maut yang menakutkan, seperti apa tanda-tanda alam yang mendahuluinya, termasuk karakter semua manusia yang tengah mengalaminya pada waktu itu, tergantung kepada keimanan masing-masing, lalu bentuk kehidupan semacam apa yang bakal bertransformasi atas sekalian alam setelah hari kemudian, semua dijelaskan di dalam Qur’an. Namun kiamat tetap hanya Allah yang mengetahuinya. Di luar itu semua, hanyalah ramalan belaka!
Maka sebenarnya filem “2012” tidak menggambarkan kiamat. Sama sekali tidak. Apa yang diungkapkan oleh filem tersebut adalah sebuah peristiwa armagedon yang sangat dahsyat dialami oleh bumi. Sutradara dan penulis cerita berandai-andai (fictionility) dapat menyelamatkan manusia bumi dengan membangun wahana berupa kapal raksasa (mimesis Kapal Nabi Nuh) guna mengantisipasi kemusnahannya dari peristiwa dahsyat tersebut.
Substansi ceritanya sendiri tidak terlalu menarik dan unik, sebab cerita serupa sudah banyak diungkap misalnya dalam filem Knowing garapan Alex Proyas (2008). Hanya filem “2012” kebetulan saja memperoleh kecanggihan teknik pembuatannya yang sangat mutakhir. Spesial effect, sound effect, grafis effect, dan berbagai piranti lain yang mendukung terciptanya sebuah tontonan yang sangat mengagumkan ini.

***
Penulis adalah mantan guru tinggal di Depok